mengenal dan memahami dunia kerja

Tips Umum Membuat Resume

Resume atau riwayat singkat yang berisi pengalaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh seseorang yang melamar sebuah pekerjaan amatlah menentukan bagi dipilih atau tidaknya si pelamar untuk masuk ke tahapan selanjutnya dalam proses rekrutmen dan seleksi karyawan. Resume yang dibuat dengan baik akan mempermudah pembacanya (baca: recruiter) dalam mengevaluasi kualifikasi yang dimiliki oleh si pelamar.
Pentingnya membuat resume yang dirancang secara khusus (bukan menjiplak model resume orang lain) seringkali tidak disadari oleh si pelamar. Dalam banyak kasus masih sering dijumpai bahwa pelamar justru menggunakan format resume yang sudah baku dengan cara membeli formulir resume yang dijual di toko-toko buku atau pun mendownload formulir yang terdapat di websites. Memang hal ini tidaklah sepenuhnya salah, namun demikian si pelamar hendaklah mempertimbangkan apakah format tersebut sudah cocok dengan karakter dirinya. Apa yang terjadi jika ternyata format baku tersebut, setelah diisi oleh pelamar, ternyata justru banyak menyisakan ruang kosong alias tidak dapat diisi semuanya. Bukankah hal demikian justru dapat menyebabkan si pelamar tampak penuh dengan kekurangan di mata si pembaca resume tersebut. Selain itu resume menjadi tidak enak untuk dilihat.
Dalam kompetisi memperebutkan pekerjaan di tengah - tengah situasi ekonomi yang tidak menggembirakan saat ini, ditambah lagi dengan banyaknya jumlah pencari kerja, tidak jarang para pengusaha (baca: orang yang mempekerjakan) harus meluangkan banyak waktu untuk menyeleksi para calon pekerja yang berkualitas. Mengingat bahwa satu jabatan yang lowong bisa dilamar oleh ratusan bahkan ribuan pelamar, maka pengusaha sangat mengandalkan resume pelamar untuk menyaring/menyeleksi mereka untuk dipanggil wawancara atau test dalam proses berikutnya. Dengan kondisi demikian maka pelamar yang tidak dapat membuat resume yang dapat menggambarkan kualitas dirinya dalam bentuk resume yang menarik, padat, dan lugas akan sangat kecil kemungkinannya untuk dipanggil. Alangkah sayangnya jika pelamar ternyata sangat menguasai bidang yang dilamarnya tetapi gagal hanya karena resume yang dibuatnya tidak berkenan di hati pengusaha/pembaca.
Dengan membuat resume secara menarik, padat dan lugas si pelamar sebenarnya memperoleh manfaat yang sangat besar bagi dirinya karena ia telah mampu:
• Memberikan fakta-fakta tentang latar belakang pelamar.
• menunjukkan kualifikasi yang dimiliki sehingga layak untuk memangku jabatan yang dilamar memperlihatkan tujuan karir yang diinginkannya.

Beberapa Saran dalam Membuat Resume

Bagi anda pencari kerja yang mungkin mengalami masalah dalam membuat resume, perhatikan beberapa saran berikut ini:
Nama dan Uraian Jabatan
Tulis nama jabatan anda dan lengkapi dengan penjelasan tentang aktivitas-aktivitas harian Anda. Usahakan untuk menuliskan aktivitas-aktivitas yang dapat diukur. Ingat: Anda harus dapat memberitahu pembaca tentang apa persisnya pekerjaan yang telah Anda lakukan.
Tanggal dan Tempat
Tulislah riwayat pendidikan dan pekerjaan anda secara tepat. Misalnya: kapan anda diterima bekerja dan kapan anda keluar dari perusahaan X, kapan anda menjabat sebagai .... atau kapan anda pindah kerja dari kantor pusat ke kantor cabang.
Ingat: Jangan membuat pembaca menebak-nebak kapan anda bekerja dan untuk berapa lama.
Rinci
Jelaskan kata-kata atau istilah-istilah teknikal/khusus yang mungkin ada dalam resume anda sedetil mungkin.
Proporsional
Tuliskan pekerjaan atau pendidikan sesuai dengan kepentingan si pembaca dan buatlah secara proporsional.
Contoh: Jika anda melamar sebagai Marketing Manager hendaklah anda tidak menulis hanya satu paragraph mengenai pekerjaan anda sebagai Sales Manager dan tiga paragraph lainnya tentang kegiatan anda sebagai Trainer.
Relevansi
Tuliskan hanya hal-hal yang relevan dengan tuntutan pekerjaan yang anda lamar.
Contoh: Tidak perlu menuliskan pengalaman berorganisasi anda selama kuliah meskipun anda menjabat sebagai ketua Senat Mahasiswa selama beberapa periode, jika pekerjaan yang anda lamar tidak berhubungan dengan kemampuan organisasi atau leadership.
Eksplisit
Jangan membuat resume yang membuat pembaca berimajinasi.
Contoh: jangan berasumsi bahwa pembaca tahu bahwa anda tamatan Unika Atma Jaya Jakarta, atau Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Jika anda tidak menuliskan nama kota bisa jadi pembaca menganggap anda tamatan dari kota lain.
Panjang
Pada umumnya resume hanya terdiri dari 2 (dua) halaman. Namun jika memang riwayat karir dan pendidikan yang anda rasa sangat penting untuk ditampilkan menuntut anda untuk memperpanjang, maka 3 (tiga) halaman resume masih dapat diterima.
Tanda Baca, Ejaan, dan Tata Bahasa
Tidaklah dibenarkan jika dalam resume terjadi kesalahan-kesalahan menyangkut tanda baca, ejaan maupun tata bahasa. Jika anda menulis resume dalam bahasa Inggris, cobalah minta untuk direview oleh teman/kerabat yang menguasai bahasa tersebut, jika memang anda belum yakin.
Mudah Dibaca
Resume yang dibuat secara kacau balau menggambarkan pikiran yang tidak jernih dan ketidakmampuan penulis dalam menuangkan isi hatinya. Oleh karena itu sangat penting membuat resume yang mudah dibaca, tidak terpisah-pisah dan logis.
Penampilan
Pilihlah format terbaik yang dapat anda tampilkan untuk membuat resume, termasuk disini adalah pemilihan jenis huruf, kertas yang digunakan serta paduan warna (jika menggunakan printer warna).
Untuk lebih meyakinkan pembaca, Anda dapat memberikan penekanan pada beberapa aspek tertentu dari latarbelakang Anda yang relevan dengan pekerjaan dalam rangka memberikan pemahaman kepada pengusaha tentang nilai-nilai potensial anda yang akan berguna bagi si pengusaha atau perusahaannya. Adapun aspek-aspek yang dapat anda tonjolkan adalah:

Hati-Hati Menuliskan Hal-Hal Berikut Dalam Resume

Dalam membuat resume pelamar perlu berhati-hati dalam mencantumkan atau menuliskan hal-hal sebagai berikut:
Riwayat Gaji
Riwayat gaji adalah gaji yang pernah diterima dan yang diharapkan. Dalam hal pencantuman jumlah gaji yang diterima dan yang diharapkan, pelamar harus sangat berhati-hati dalam memutuskan perlu tidaknya mencantumkan hal tersebut dalam resume. Untuk itu pelamar dituntut kejeliannya dalam melihat iklan lowongan kerja atau informasi tentang lowongan kerja tersebut. Pada lowongan kerja yang sudah mencantumkan dengan jelas berapa gaji yang akan diterima pertahun atau per bulan, sebaiknya pelamar tidak perlu membuat riwayat gaji dalam resume yang dibuatnya. Hal itu tentu saja akan sangat berbeda jika di dalam iklan memang mengharuskan pelamar untuk mencantumkan riwayat gaji dan besarnya gaji yang diharapkan.
Referensi
Dalam hal pencantuman nama orang yang akan dijadikan referensi, pelamar harus benar-benar yakin bahwa orang tersebut benar-benar mengetahui diri si pelamar dan memiliki pengaruh positif bagi perusahaan yang dilamar. Artinya pelamar tidak boleh asal menyebutkan nama orang sebagai referensi seperti mantan atasan atau dosen. Daripada memaksakan diri untuk menyebut nama- nama orang sebagai referensi, pelamar cukup menuliskan: "Referensi: akan diberikan jika diminta".
Dokumen Pendukung
Meskipun tidak ada keharusan bagi pelamar untuk menyertakan dokumen atau bukti-bukti tentang hal-hal yang dituliskan dalam resume, seperti ijazah, transkrip nilai, sertifikat atau penghargaan, dll, namun mengingat kondisi di Indonesia maka sebaiknya pelamar menyertakan dokumen pendukung tersebut dalam bentuk photocopy. Hal ini penting untuk meyakinkan pembaca bahwa anda benar-benar menulis resume berdasarkan fakta yang ada.
Ingat: "Jangan sampai dokumen pendukung tersebut menjadi terlalu banyak". Untuk itu anda harus menyeleksi/mensortir dokumen mana yang paling pantas dan relevan untuk dilampirkan.
Contoh: Jika anda pernah mengikuti kursus komputer beberapa kali, tidak perlu semua sertifikat dari setiap kursus tersebut anda lampirkan, tetapi cukup salah satu yang paling tinggi tingkatannya.
Informasi Pribadi
Pelamar sebaiknya berhati-hati menuliskan hal-hal yang bersifat pribadi. Beberapa hal yang umumnya boleh dituliskan adalah status perkawinan, jumlah anak, kepemilikan kendaraan, kesediaan untuk di relokasi atau melakukan travelling ke luar kota / luar negeri. Di luar hal-hal tersebut pelamar harus benar-benar yakin bahwa informasi pribadi yang ditulisnya akan relevan dengan pekerjaan yang dilamar, jika tidak sebaiknya jangan menulis informasi pribadi tersebut.
Para pembaca yang budiman, apapun pilihan karir anda pastikan untuk membuat resume atau pun CV secara maksimal. Bila memang anda merasa belum yakin dengan apa yang telah anda buat selama ini, cobalah buat sekali lagi dan bila perlu minta orang lain untuk menilai resume atau CV anda tersebut. Selamat mencoba! Semoga anda cepat memperoleh pekerjaan yang diinginkan.

Aspek-Aspek Yang Ditonjolkan Dalam Resume

Untuk lebih meyakinkan pembaca, Anda dapat memberikan penekanan pada beberapa aspek tertentu dari latarbelakang Anda yang relevan dengan pekerjaan dalam rangka memberikan pemahaman kepada pengusaha tentang nilai-nilai potensial anda yang akan berguna bagi si pengusaha atau perusahaannya. Adapun aspek-aspek yang dapat anda tonjolkan adalah:
Penghargaan atau Reward
Tuliskan yang sesuai dengan posisi yang Anda lamar.
Contoh: jika anda melamar sebagai IT Manager, pihak perusahaan (recruiter) tentu ingin tahu kemampuan anda di bidang teknik dan bagaimana kemampuan tersebut dibandingkan dengan rekan-rekan yang lain. Jika anda pernah menerima penghargaan di bidang tersebut, tuliskanlah! Dengan demikian perusahaan akan tahu dimana tingkatan kemampuan anda.
Prestasi Akademik
Tuliskan gelar dan prestasi akademik yang anda raih sertakan juga judul Tugas Akhir/Skripsi/Thesis/Disertasi.
Kemampuan Tambahan
Kemampuan tambahan dapat berupa kemampuan mengoperasikan program komputer atau pelatihan-pelatihan khusus yang pernah diikuti.
Keanggotaan dalam organisasi Professional
Jika anda terlibat dalam organisasi professional seperti Assiosiasi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), Ikatan Akuntan Indonesia (AAI), dll yang berguna bagi pembaca, jangan segan untuk menuliskannya.
Indikator Kesuksesan
Anda dapat menuliskan berbagai indikator kesuksesan yang pernah anda peroleh.
Contoh: beasiswa karena kecerdasan anda, dikirim training ke luar negeri karena keberhasilan anda dalam perusahaan, keberhasilan anda menekan biaya operasional di divisi anda, dll.
Pengalaman yang Berhubungan dengan Pekerjaan
Tuliskan semua pengalaman yang pernah anda alami sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang anda lamar.
Contoh: jika pekerjaan yang anda lamar menuntut anda untuk sering melakukan traveling keluar negeri, pastikan pembaca tahu bahwa anda mahir berbahasa Inggris.
Selain kedua faktor yang telah disebutkan diatas, dalam membuat resume pelamar perlu berhati-hati dalam mencantumkan atau menuliskan hal-hal sebagai berikut:

Wawancara dan Tes Psikologi (Psikotes)

Berbohong saat tes wawancara bukan hanya tak berguna, tapi juga bisa membuat Anda tidak diterima. Lebih bijaksana bila pertanyaan dijawab apa adanya, spontan, langsung ke pokok persoalan, tidak mengada-ada, tidak menggurui, dan sopan.
"Padahal tinggal wawancara lo, kok gagal. Dulu juga begitu, selalu kandas di tahap ini". Keluhan macam itu banyak kita dengar dari mereka yang tak lolos dalam wawancara psikologi untuk melamar kerja. Sebuah kenyataan yang menyesakkan, apalagi kebanyakan tahapan wawancara berada diakhir proses seleksi. Lolos di sini berarti si calon diterima di tempat kerja yang baru.
Wawancara psikologi punya banyak makna. Ada beberapa versi, salah satunya, menurut Bingham dan Moore, wawancara adalah "... conversation directed to define purpose other than satisfaction in the conversation itself". Sedangkan menurut Weiner, "The term interview has a history of usage going back for centuries. It was used normally to designate a face to face meeting of individual for a formal conference on some point."
Dari kedua definisi itu didapatkan kondisi bahwa wawancara adalah pertemuan tatap muka, dengan menggunakan cara lisan, dan mempunyai tujuan tertentu.
Jangan dibayangkan wawancara itu sama dengan interogasi karena tujuan utamanya memang "berbeda", meskipun sedikit serupa dalam hal menggali dan mencocokkan data. Yang pasti, cara yang dipergunakan dalam kedua hal itu berlainan.
Interogasi lebih menekankan pada tercapainya tujuan, dengan berbagai cara dan akibat, baik secara halus maupun kasar. Posisi interogator lebih tinggi dan bebas daripada yang diinterogasi, serta lebih langsung.
Bandingkan dengan wawancara psikologi, di mana kedudukan antara pewawancara dan yang diwawancarai relatif setara. Kondisinya pun berbeda, karena tidak ada penekanan serta tidak menggunakan kekuasaan. Bahkan dalam kondisi ekstrem, seorang calon karyawan yang diwawancarai bisa saja tidak menjawab, pewawancara pun tidak akan memaksa. Namun, hal itu tentu akan sangat mempengaruhi penilaian dalam pengambilan keputusan seorang psikolog.
Cocok berbobot
Wawancara dalam tes psikologi (psikotes) sebenarnya satu paket dengan tes tertulisnya. Tes ini bertujuan mencari orang yang cocok dan pas, baik dari tingkat kecerdasan, serta sifat dan kepribadian. Istilah kerennya mendapatkan "the right man in the right place".

Wawancara dan Tes Psikologi (Psikotes) 2

Wawancara dalam tes psikologi (psikotes) sebenarnya satu paket dengan tes tertulisnya. Tes ini bertujuan mencari orang yang cocok dan pas, baik dari tingkat kecerdasan, serta sifat dan kepribadian. Istilah kerennya mendapatkan "the right man in the right place".
Dasar pemikiran lain kenapa perlu diadakan seleksi, yaitu adanya perbedaan potensi yang dimiliki setiap individu. Perbedaan itu akan menentukan pula perbedaan dalam pola pikir, tingkah laku, minat, serta pandangannya terhadap sesuatu. Kondisi itu juga akan berpengaruh terhadap hasil kerja. Bisa jadi suatu pekerjaan atau jabatan akan lebih berhasil bila dikerjakan oleh individu yang mempunyai bakat serta kemampuan seperti yang dituntut oleh persyaratan dari suatu pekerjaan atau jabatan itu sendiri.
Ada beberapa tujuan spesifik dari wawancara psikologi. Pertama, observasi. Dalam hal ini calon kar-yawan dilihat dan dinilai. Mulai dari penampilan, sikap, cara menjawab pertanyaan, postur - terutama untuk pekerjaan yang memang membutuhkannya, seperti tentara, polisi, satpam, dan pramugari. Penilaian juga menyangkut bobot jawaban dan kelancaran dalam menjawab.
Demikian pula perilaku dan sikap-sikap yang akan muncul secara spontan bila berada dalam situasi yang baru dan mungkin menegangkan. Misalnya, mata berkedip-kedip atau memutar jari-jemari yang dilakukan tanpa sadar.
Dalam hal bobot jawaban, misalnya, si calon bisa dinilai apakah ia memberikan jawaban yang dangkal atau tidak, atau malah berbelit-belit. Jawaban berupa "Ingin naik pesawat" atau "Ingin ke luar negeri" merupakan contoh jawaban yang dinilai dangkal atas pertanyaan alasan menjadi pramugari.
Sedangkan kelancaran dalam menjawab biasanya dinilai dari berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh seorang calon karyawan untuk menjawab pertanyaan.
Dalam wawancara psikologi yang diperlukan sebenarnya jawaban spontan dan tidak mengada-ada. Misalnya, apabila ditanya alamat, sebut saja alamat kita. Tidak usah ditambah-tambahi atau malah berlagak sok pintar.
Tujuan berikutnya dalam tes wawancara adalah menggali data yang tidak didapatkan dari tes tertulis. Misalnya, apakah istri bekerja, anak bersekolah di mana, masih tinggal bersama orangtua atau tidak, serta apa judul skripsi dan berapa nilai yang didapat.
Yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi penilaian adalah kecocokan data. Benarkah data yang ditulis oleh sang calon?
Atas dasar itu seorang psikolog sering melontarkan pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman dan intelegensi si calon. Misalnya, calon mengaku berpendidikan S2, maka diajukan pertanyaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan itu. Bila jawabannya kurang bermutu, dapat saja diambil kesimpulan bahwa calon memiliki intelegensi yang kurang atau dianggap tidak serius selama menjalani proses pendidikan.
Sering juga terjadi hasil tes tulis bagus, tapi hasil wawancaranya kurang meyakinkan. Hal ini bisa terjadi karena mungkin ia telah beberapa kali mengikuti psikotes atau pernah mengikuti bimbingan psikotes. Tes ulang dapat menjadi alat untuk mengatasi keraguan itu.
Dalam konteks di atas, tidaklah mungkin seorang calon membohongi psikolog. Riskan pula bila dia tidak menjawab dengan sebenarnya. Terbuka sudah kepribadiannya yang tidak jujur, padahal kejujuran merupakan prasyarat penting untuk perusahaan.
Pada wawancara untuk evaluasi karyawan atau promosi jabatan biasanya data curiculum vitae (CV) dari instansi atau perusahaan sudah diberikan semua dari Bagian Personalia.
Manfaat lain wawancara adalah melengkapi data yang terlupakan atau tidak tertulis secara lengkap. Misalnya, sudah pernah mengalami psikotes atau belum. Kalau sudah, berapa kali? Untuk apa? Lulus atau tidak? Mungkin juga minat ataupun gaji yang diinginkan. Yang terakhir, manfaat wawancara yaitu untuk membuat keputusan.
Dari hasil pemeriksaan psikologi tertulis dan wawancara, dibuatlah kesimpulan, apakah calon ini memenuhi syarat seperti job description yang diberikan oleh perusahaan atau tidak.
Terkadang ada psikotes yang tidak menggunakan wawancara. Semua itu tergantung tujuan pemeriksaan, ketersediaan data yang mungkin sudah lengkap, serta tidak begitu mensyaratkan penampilan atau postur. Misalnya, bila yang diperlukan operator komputer, yang penting dia bisa komputer dan inteligensinya cukup.

Wawancara dan Tes Psikologi (Psikotes) 3

Banyak calon karyawan gagal dalam psikotes, termasuk di dalamnya wawancara. Mengapa?
Sesungguhnya, hasil pemeriksaan psikologi bersifat rahasia, dalam arti tidak setiap orang dapat menerjemahkan dalam bahasa sehari-hari. Jadi, yang berhak adalah psikolog yang berkompeten.
Hal itu berbeda dengan tes kesehatan, di mana jenis kegagalan dapat disebutkan dengan jelas dan biasanya dapat pula dilihat. Sementara hasil psikotes masih merupakan data kasar berupa angka-angka sehingga perlu dijelaskan dalam bahasa awam oleh psikolog, untuk dijadikan data kualitatif.
Pada dasarnya psikotes bukan ujian. Psikotes tidak mengukur prestasi melainkan potensi dasar setiap individu. Dalam tes prestasi ada materi yang dapat dipelajari, misalnya bahasa Inggris. Bila seseorang mendapat nilai B dalam pelajaran itu, berarti penguasaan materi Bahasa Inggrisnya baik.
Sedangkan psikotes mengukur potensi dasar yang dimiliki tiap individu. Seseorang yang memang pada dasarnya cerdas, dites seperti apa pun tetap akan baik hasilnya. Asalkan dia serius pada saat mengerjakan dan tidak terganggu konsentrasinya sehingga dapat bekerja secara optimal.
Untuk mengurangi risiko gagal, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Yang pertama, penampilan fisik. Perhatikan dengan saksama apalagi bila profesi yang akan dimasuki mensyaratkan penampilan menarik - seperti pramugari, teller bank, atau sekretaris. Sedangkan tentara/polisi lebih menitik-beratkan pada postur ideal antara tinggi dan bobot badan, serta ada persyaratan minimal tinggi badan.
Perhatikan juga cara berpakaian, sebaiknya sesuaikan dengan situasi dan suasana. Misalnya, dalam wawancara untuk calon pramugari sebaiknya tidak mengenakan pakaian yang tidak selayaknya, seperti celana panjang berbahan jins. Atau menggunakan sepatu sandal, meskipun sedang mode.
Kerapian dan kesopanan berpakaian juga dipertimbangkan. Misalnya, tidak mengenakan kemeja yang lengan panjangnya dilipat, atau hanya mengenakan kaus, atau kemeja tidak dimasukkan.
Sikap pun memberikan nilai penting. Yang dimaksud dengan sikap ialah bagaimana si calon karyawan dapat menempatkan diri pada posisi yang tepat. Sebaiknya bersikap wajar saja, tidak dibuat-buat, tetapi juga tidak tegang atau gugup.
Selain itu, biasanya dinilai pula kesopanan yang sesuai dengan norma. Misalnya, tidak tampak menjilat, mengetuk pintu bila akan masuk ruangan, atau kalau belum dipersilakan duduk, ya, jangan duduk dulu. Dalam menjawab pertanyaan tidak bertele-tele, langsung pada inti masalah. Kemudian menjawab secara jujur, tidak perlu ditutup-tutupi. Misalnya, pernah tidak naik kelas atau pernah gagal pada tes di perusahaan lain.
Selain itu, dalam menjawab tidak usah menggurui, meskipun si calon sudah memiliki pendidikan yang cukup tinggi, pengalaman cukup banyak, atau dari segi usia lebih tua daripada si pewawancara.
Jangan pula menjawab dengan sombong, misalnya mengaku sebagai atlet yang sudah keliling ke banyak negara dan memiliki segudang prestasi. Bangga boleh-boleh saja, tetapi kalau hasil psikologi tertulisnya kurang baik, tetap saja tidak lulus.
Yang tidak kalah penting, tidak usah bertanya. Meski merasa optimistis dengan hasil tes tulis dan merasa bisa mengerjakan, calon tidak perlu bertanya mengenai hasilnya. Pada dasarnya wawancara adalah tes juga sehingga hal ini akan mempengaruhi penilaian. Selain itu, situasi yang dihadapi saat itu adalah situasi tes, bukan konsultasi psikologi. Pertimbangkan pula banyak calon lain yang menunggu.
Umumnya, untuk memperoleh informasi penting dari calon karyawan digunakan metode FACT, yaitu:
• F: Feeling. Tentang apa yang dirasakan oleh orang itu. Ditanyakan minatnya, gambaran pekerjaan, apakah juga sudah terbayang.
• A: Action. Mengenai tindakan-tindakan apa yang telah dilakukan.
• C: Condition. Kondisi/situasi/keadaan di mana kejadian itu berlangsung.
• T: Thinking. Mengenai apa yang dipikirkan atau yang diinginkan oleh orang pada saat itu.
Pemahaman yang lebih baik tentang wawancara psikologi akan membuat kita lebih mudah mempersiapkan diri menghadapi jenis wawancara ini. Yang pasti, wawancara psikologi tidak perlu ditakuti dan tidak bisa dibohongi. (GCM/is)

Persiapan Menghadapi Wawancara

Wawancara adalah bagian dari proses penerimaan karyawan yang sering kali membuat banyak orang merasa ketar-ketir. Berbeda dengan proses lainnya misalnya psikotes atau tes keterampilan yang mungkin masih bisa ditebak, wawancara sama sekali tidak terduga, baik mengenai karakter pewawancara maupun pertanyaan yang akan diajukan.
Satu hal yang pasti, proses wawancara mempunyai tujuan tertentu. Bisa saja dimaksudkan untuk lebih mengetahui keterampilan teknis yang dimiliki pelamar, mengetahui kepribadian pelamar, atau sekadar mengetahui kemampuan pelamar menangani berbagai situasi yang berbeda.
Wawancara biasanya dilakukan untuk melengkapi hasil tes tertulis. Hal-hal yang tidak mungkin diperoleh dari tes tertulis akan digali melalui proses wawancara. Dalam hal ini, Anda dituntut untuk benar-benar menguasai bidang pekerjaan yang Anda lamar, sehingga pertanyaan apa pun yang diajukan dapat dijawab dengan memuaskan. Meski sama-sama menguji pengetahuan, namun wawancara sedikit lebih sulit karena Anda harus mampu mengungkapkan pengetahuan tersebut secara verbal.
Sering kali Anda mungkin paham seratus persen materi yang akan ditanyakan. Namun karena Anda gugup, kurang percaya diri, dan tanpa persiapan, semua pengetahuan Anda mendadak buyar. Tidak ada cara lain untuk dapat menguasai kemampuan verbal ini kecuali melatihnya terus-menerus. Berlatihlah dengan seorang rekan untuk mengantisipasi semua kemungkinan pertanyaan yang akan dilontarkan pewawancara.
Wawancara Tak Terduga
Menghadapi wawancara mengenai bidang kerja, mungkin tidak terlalu menyulitkan. Yang sukar jika "topik" wawancara sama sekali tidak jelas dan tak terduga. Hal ini kerap dilakukan untuk mengetahui kepribadian si pelamar.
Kerap kali, jika Anda telah sampai pada tahap wawancara sebenarnya secara kualitas Anda telah memenuhi persyaratan untuk diterima di perusahaan tersebut. Tinggal lagi persoalan cocok-tidak cocok. Dan tidak ada jalan lain untuk menentukan hal ini selain berinteraksi langsung melalui wawancara. Repotnya, tidak ada standar mengenai wawancara "cocok-cocokan" ini, karena sangat tergantung perusahaan masing-masing. Apa yang bisa Anda lakukan ialah membuka mata dan telinga lebar-lebar, mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai kebiasaan di perusahaan tersebut. Tidak ada salahnya Anda bertanya kepada resepsionis, satpam, atau tukang parkir sekalipun untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan di tempat tersebut.
Namun, beberapa hal prinsip yang dapat Anda pegang, pewawancara mana pun kurang menyukai orang yang terlalu tertutup. Usahakan memberikan informasi sejelas-jelasnya mengenai apa yang ditanyakan oleh pewawancara. Jangan pasif, sebaiknya usahakan aktif memberi informasi. Jangan mengesankan Anda menyembunyikan sesuatu, namun Anda juga jangan terlalu berlebihan dan menyampaikan hal-hal yang tidak relevan. Tetaplah tenang dan mengatakan yang sebenarnya.
Ada juga tipe pewawancara yang "telah kehabisan ide", yang mencoba-coba memberikan pertanyaan yang terkesan menyelidik, misalnya "jika Anda sebuah pohon, Anda ingin jadi pohon apa?" atau : jika Anda adalah seorang atlet terkenal, kira-kira menjadi siapakah gerangan Anda?" Terhadap pertanyaan begini, berikan jawaban yang panjang-lebar dan pastikan bahwa pewawancara akan merasa bosan sehingga ia akan segera menghentikan pertanyaannya. Namun ingat, usahakan jawaban Anda selalu mengindikasikan karakter yang kuat, ulet, dan bersemangat, karena perusahaan mana pun selalu menyukai orang demikian.
Berbagai Kondisi
Ada kalanya wawancara juga dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan Anda menghadapi dan menangani berbagai situasi. Untuk yang jenis ini Anda mungkin menghadapi pewawancara yang akan mendiamkan Anda begitu saja selama 5-10 menit sebelum memulai percakapan. Mungkin juga ia akan berpura-pura tidak peduli dan membaca koran ketika Anda masuk, atau ia akan mengajukan bantahan-bantahan yang tidak masuk akal terhadap setiap jawaban Anda, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan konyol tentang keluarga Anda, dan banyak trik lain.
Menghadapi kondisi begini, prinsip utama yang harus Anda pegang adalah Anda benar-benar menginginkan pekerjaan tersebut, sehingga apa pun yang terjadi Anda akan menghadapinya dengan baik. Jika Anda dicuekin, tetaplah bersikap sopan. Katakan "Saya tertarik dengan pekerjaan ini dan bermaksud menjelaskan kepada Bapak/Ibu mengapa Anda harus mempertimbangkan saya untuk posisi ini."
Jangan sampai terpengaruh dengan sikap pewawancara yang mungkin tampak aneh. Usahakan tetap tenang dan berpikir positif. Tanamkan dalam benak Anda bahwa hal ini hanyalah bagian dari proses yang wajar sehingga Anda tidak perlu merasa sakit hati atau kecewa. Nah, selamat menghadapi wawancara. (GCM/Kps)

Cara Berpakaian Yang Baik Dalam Wawancara
Sumber: Kompas Cyber Media
Brought to you by: www.fatihsyuhud.com
Berpakaian yang "baik" dalam wawancara memang tidak dapat digeneralisasikan karena setiap perusahaan memiliki kebiasaan-kebiasaan/budaya perusahaan yang berbeda. Namun, ada beberapa tips yang dapat diingat, antara lain:
Cari informasi terlebih dahulu tentang perusahaan dan Bapak/Ibu yang akan mewawancarai Anda. Beberapa perusahaan memiliki peraturan atau "kebiasaan" berpakaian secara formal, tetapi ada juga yang semi formal, atau bahkan ada yang bebas. Hal ini penting, agar Anda tidak dilihat sebagai "orang aneh', disesuaikan dengan posisi yang akan dilamar. Bagi pelamar pria disarankan menggunakan kemeja lengan panjang dan berdasi, tidak perlu menggunakan jas. Berpakaian rapi dan bersih, tidak kusut. Hal ini memberi kesan bahwa Anda menghargai wawancara ini.
Berpakaian dengan warna yang tidak terlalu menyolok (mis. mengkilap, ngejreng).
Bagi pelamar wanita berpakaian yang tidak terlalu ketat (rok bawah, kancing baju atasan).
Berpakaian dengan desain yang simpel (tidak telalu banyak pernik-pernik, toh ini bukan acara pesta).
Tidak berlebihan dalam menggunakan wewangian dan perhiasan. (kcm)

Pengaruh Kontak Mata dan Suara dalam Wawancara

Apakah pengaruh kontak mata pada saat wawancara? Bagaimana juga pengaruh intonasi suara terhadap keberhasilan wawancara?
Dalam wawancara seringkali faktor diluar "isi" seringkali dapat mempengaruhi keberhasilan suatu wawancara. Mulai dari penampilan, sampai cara berbicara.
Seorang pewawancara yang berpengalaman akan merasakan sebagian karakter yang diwawancara dari sinar matanya. Tidak perlu dengan memelototi, atau dengan sinar mata syahdu, melainkan tataplah secara wajar kepada pewawancara.
Intinya, bahwa melalui tatapan Anda selama wawancara haruslah menandakan:
a) apakah Anda cukup percaya diri,
b) apakah Anda berpikir positif terhadap proses komunikasi dalam wawancara tersebut,
c) apakah Anda jujur dengan isi komunikasi Anda,
d) apakah Anda tampil "jujur" sesuai dengan kepribadian Anda yang sebenarnya, tidak dibuat-buat.
Intonasi akan memperlihatkan apakah Anda seorang yang percaya diri atau tidak. Tidak perlu dengan cara mengatur suara seperti seorang pemain sinetron, tetapi cukuplah bahwa Anda dapat menggunakan intonasi yang menarik minat lawan bicara untuk terus berkomunikasi.
Usahakan tidak memberi nada agresif, atau nada "menutup" diri. Gunakanlah intonasi yang mewakili dengan isi pesan Anda. Volume, warna, dan irama memang harus diatur dengan baik, tetapi bukan harus menjadi orang yang tampil bukan sebagai dirinya sendiri. (kcm)

Bersikap Percaya Diri

Ada ekspresi khas dalam wawancara pekerjaan dari kebanyakan lulusan Universitas, bila ditanyakan, "Bagaimana kamu melihat hidupmu tiga tahun mendatang?". Pengalaman saya jarang menemukan sarjana baru yang secara spontan menggambarkannya dengan baik apa yang ada dalam pikirannya. Kebanyakan malah memberikan reaksi dengan body-language yang standard: mata melirik ke atas (seolah-olah mencari cicak di langit-langit), kemudian memandangi lagi si pewawancara sambil tersenyum lebar, sembari kemudian berkata bingung, "Bagaimana ya?".
Ada banyak orang yang hidup bagaikan kepompong. Tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan masa depan hidupnya. Mereka tidak mempunyai konsep diri yang jelas, sehingga ia merasa sendirian, gelap dan menakutkan. Padahal semua kepompong mempunyai potensi (potential within) untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Kepompong terlalu cepat menghukum dirinya sendiri, ia tidak tahu bahwa dia harus mengalami transformasi untuk menjadi kupu-kupu yang cantik.
Kita semua bukanlah kepompong. Kita semua tahu, suatu saat kita akan menjadi "kupu-kupu" yang cantik. Bukankah kita semua sudah dilengkapi dengan potensi diri masing-masing? Yang kita perlukan sekarang adalah secara aktif masuk dalam proses "transformasi diri" yang sebenarnya sangat terbuka dengan berbagai macam kemungkinan. Jangan cepat menganggap Anda sendirian, gelap dan takut dengan apa yang Anda hadapi sekarang ini. Itu semua adalah bagian dari proses transformasi yang sedang Anda jalani. Percayalah. (tt/dbs)

Saran-Saran Menghadapi Wawancara

Bagi Anda pencari kerja yang dipanggil untuk menjalani wawancara kerja, sebaiknya Anda memperhatikan beberapa saran di bawah ini.
• Pastikan anda sudah tahu tempat wawancara
• Jika tidak diberitahu terlebih dahulu jenis pakaian apa yang harus dipakai, maka gunakan pakaian yang bersifat formal, bersih dan rapi.
• Mempersiapkan diri menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan diajukan pewawancara.
• Usahakan untuk tiba sepuluh menit lebih awal, jika terpaksa terlambat karena ada gangguan di perjalanan segera beritahu perusahaan (pewawancara).
• Sapa satpam atau resepsionis yang anda temui dengan ramah.
• Jika harus mengisi formulir, isilah dengan lengkap dan rapi.
• Ucapkan salam (selamat pagi / siang / sore) kepada para pewawancara dan jika harus berjabat.
• tangan, jabatlah dengan erat (tidak terlalu keras namun tidak lemas).
• Tetaplah berdiri sampai anda dipersilakan untuk duduk. Duduk dengan posisi yang tegak dan seimbang.
• Persiapkan surat lamaran dan CV anda.
• Ingat dengan baik nama pewawancara.
• Lakukan kontak mata dengan pewawancara.
• Tetap fokus pada pertanyaan yang diajukan pewawancara.
• Tunjukkan antusiasme dan ketertarikan anda pada jabatan yang dilamar dan pada perusahaan.
• Gunakan bahasa formal, bukan prokem atau bahasa gaul; kecuali anda diwawancarai untuk mampu menggunakan bahasa tersebut.
• Tampilkan hal-hal positif yang pernah anda raih.
• Tunjukkan energi dan rasa percaya diri yang tinggi.
• Tunjukkan apa yang bisa anda perbuat untuk perusahaan bukan apa yang bisa diberikan oleh perusahaan kepada anda.
• Jelaskan serinci mungkin hal-hal yang ditanyakan oleh pewawancara.
• Ajukan beberapa pertanyaan bermutu diseputar pekerjaan anda dan bisnis perusahaan secara umum.
• Berbicara dengan cukup keras sehingga suara jelas terdengar oleh pewawancara.
• Akhiri wawancara dengan menanyakan apa yang harus anda lakukan selanjutnya.
• Ucapkan banyak terima kasih kepada pewawancara atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada anda.

Sopankah Menanyakan Hasil Wawancara?

Panggilan wawancara kerja merupakan saat yang paling menyenangkan bagi pencari kerja. Karena panggilan tersebut merupakan langkah awal untuk meniti pekerjaan yang diidamkan. Tak heran jika test wawancara atau test interview menimbulkan banyak harapan di dalam diri pencari kerja. Bayangan mendapatkan pekerjaan yang bagus, gaji yang cukup dan teman-teman kerja yang menyenangkan seakan sudah di pelupuk mata.
Tetapi seringkali terjadi harapan tinggallah harapan, panggilan selanjutnya ternyata hanya tinggal penantian dan impian. Dering telepon atau surat panggilan selanjutnya, tak kunjung tiba. Anda pun jadi penasaran dan diliputi berbagai pertanyaan, apakah akan ada panggilan lagi atau memang hasil wawancara Anda tidak diproses. Tak jarang harapan yang tadinya berkobar mendadak padam.
Memang, pada beberapa perusahaan memerlukan waktu yang agak lama bahkan ada yang membutuhkan waktu sampai satu bulan untuk memproses kelanjutan test wawancara. Nah, kalau Anda menghadapi situasi demikian, agar tidak penasaran, Anda dapat menanyakan kepastian kepada perusahaan tersebut melalui telepon. Anda dapat bertanya setelah melewati waktu dua minggu dari waktu wawancara. Tanyakan langsung pada divisi HRD atau orang yang mewawancarai Anda.
Jangan merasa ragu dan takut untuk menanyakan hal ini, karena bertanya merupakan hak Anda. Lagi pula, menanyakan kepastian kabar dan kelanjutan proses lamaran Anda dalam waktu dua minggu atau lebih setelah wawancara adalah hal yang etis dan cukup sopan. Perusahaan pun pasti maklum atas pertanyaan Anda. Untuk itu usai wawancara, ada baiknya Anda menanyakan siapa dan nomor telepon yang dapat dihubungi untuk menanyakan hasil wawancara Anda.
Jika pihak perusahaan menjawab bahwa hasil test Anda tersimpan dalam database dan sewaktu-waktu diperlukan Anda akan dipanggil lagi, berarti jawaban sesungguhnya lamaran Anda tidak diproses lebih lanjut. Jawaban seperti itu biasanya merupakan penolakan secara halus setidaknya untuk saat itu. Bisa jadi, suatu saat jika ada kualifikasi yang cocok, Anda akan dipanggil lagi. Namun dengan jawaban seperti itu Anda jangan lantas terus menanti tanpa berusaha lagi. Buatlah lamaran lain sebanyak-banyaknya.
Sebaliknya kalau jawaban perusahaan memberi kepastian, misalnya,"Anda memang memenuhi kualifikasi kami dan dengan pertanyaan Anda, kami sekaligus memanggil Anda pada tanggal...", berarti kemungkinan besar Anda akan diterima. Mungkin saat itu pihak perusahaan belum sempat menghubungi Anda lebih lanjut dikarenakan adanya kepentingan lain.
Hidup ini memang penuh dengan kemungkinan. Untuk itu Anda jangan berhenti berusaha untuk mendapatkan kemungkinan yang terbaik. Sehingga kemungkinan itu akan menjelma menjadi suatu 'kepastian' yang menggembirakan. (GCM/Astaga)

Sumber: Milis
Brought to you by: www.fatihsyuhud.com

0 comments: